REVIEW BUKU

by 12.05 0 komentar




I dentitas Buku:
Judul Buku       : Kuliah Akhlaq
Penulis              : Prof. Dr. H. Yunahar llyas, Lc, M.A
Penerbit           Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam (LPPI) Jl. Lingkar Barat,                                                   Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183

Cetakan            : Cetakan 1, Juni 1999, Cetakan XII, September 2012, Cetakan XIII, September 2014



Tebal Halaman : 263 Lembar


    

BAB I. PENDAHULUAN


A.    Pengertian Akhlaq, Secara etimologis (lugbatan) akhlaq (Bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.

B.     Sumber Akhlaq, Menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela, sumber akhlaq adalah          al-Qur’an dan Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral.
C.    Ruang Lingkup Akhlaq, Dari sistematika yang di buat oleh ‘Abdullah Draz, tampaklah bagi kita bahwa ruang lingkup akhlaq itu sanggat luas, mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Allah SWT maupun secara herizontal sesama makhluk-Nya

D.    Kedudukan dan Keistimewaaan Akhlaq dalam Islam, Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlaq menciptakan kedudukan yang istimewa dan sanggat penting.

E.     Ciri-ciri Akhlaq dalam Islam, Disamping kedudukan dan keistimewaan akhlaq dalam Islam paling kurang juga memiliki lima ciri-ciri khas yaitu: (1) Rabbani, (2) manusiawi, (3) universal, (4) seimbang dan (5) realistik.


BAB II.  AKHLAQ TERHADAP ALLAH SWT 

Taqwa, Definisi taqwa “memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segla larangan-Nya.” Hakikat Taqwa, bila ajaran islam di bagi menjadi Iman, Islam dan Ihsan, maka pada hakikatnya taqwa adalah integralisasi. Brtaqwa secara maksimal, yaitu dengan melakukan islamisasi aspek dan ruang lingkup kehidupan (islamiyahal-hayah), karena bagai mana mungkin seseorang dapat mati sebagai muslim kalau dia tidak selalu menjadi muslim sepanjang hidupnya. Buah dari Taqwa .
  1. Mendapatkan sikap frqan 
  2. Mendapatkan limpahan berkah dari langit dan bumi 
  3. Mendapatkan jalan keluar 
  4. Mendapatkan rezki tanpa di duga-duga 
  5. Mendapatkan kemudahan dalam urusannya.

A.    Cinta dan Ridha, 
Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang di cintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang. Dengan pengertian demikian sudah merupakan fitrah yang dimiliki setiap orang.

Cinta utama, cintanya kepada Allah SWT, seseorang mukmin akan mencintai Rasul dan jihad pada jalan-Nya. Sedangkan cinta kepada ibu bapak, anak-anak, sanak saudara, harta benda, adalah cinta menengah. Apabila cintah menengah di angkat melebihi cinta utama maka cintanya jatuh leih hina, tidak ada nilainya. Inilah di sebut cinta paling rendah. Dengan cinta kita mengharapkan ridha-Nya dan dengan ridha kita mengharapkan cinta-Nya.



B.     Ikhlas,

Secara etimologis ikhlash (Bahasa Arab) berakar dari kata khalasha dengan artinya bersih, jerni, murni; tidak bercampur dengan kopi, teh, sirup atau zat-zat lainya. Dalam bahsa populernya ikhlas adalah perbuatan tanpa pamrih; hanya semata mata mengharapkan ridha Allah SWT.

Tiga unsur keiklasan. Tidak adanya imbalan materi, tetapi di tentukan oleh tiga faktor; 

  1. Niat yang yang ikhlas (ikhlas an-niyah) 
  2. Beramal dengan sebaik-baiknya (itqan al-‘amal)
  3. Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat (jaudah al-ada). Riya Menghapus Amalan. Lawan dari ikhlas adalah riya. Yaitu melakukan sesuatu bukan karena Allah, tetapi karena ingin dipuji atau karena pamrih lainnya. Riya atau syirik kecil akan menghapus pahala amalan seseorang.
C.    Khauf dan Raja, 
dan raja atau takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang harus dimiliki secara seimbang oleh setiap muslim.
Menurut Sayyid Sabiq, ada dua sebab kenapa seseorang takut kepada Allah  SWT: 1.      Karena dia mengenal Allah SWT (ma’rifatullah). Takut seperti ini di namai dengan khauf al-‘Arifin.2.      Karena dosa-dosa yang di lakukannya, dia takt akan azab Allah SWT.
Raja. Raja’ atau harapan adalah memautkan hati kepada sesuatu yang di sukai pada masa yang akan datang (ta’liq al-qalbi bi mahbub fi mustaqbal). Raja’ harus didahuli oleh usaha yang sungguh-sungguh. Harapan tanpa usaha namanya angan-angan kosong (tamanni).

D.    Tawakal, 
adalah membebaskan hati dari segalah ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan keputusan segalah sesuatunya kepada-Nya, Tawaqal salah satu buah keimanan.
Tawakal dan Ikhtiar, harus di awali dengan kerja keras dan usaha maksimal (ikhtiar).Jangan Bertawakal Kepada Ikhtiar, sekalipun kita disuruh untuk berikhtiar sebelum bertawakal, di suruh mengikuti sebab akibat, tetapi kita tidak boleh bertawakal kepada ikhtiar. Sebab akibat memang sunatullah.Hikmah Tawakal , sikap tawakal sangat bermanfaat sekali untuk mendapatkan ketenangan batin.

E.     Syukur,
syukur ialah memuji si pemberi nikmat atas kebaikan yang telah di lakukannya.
Tiga dimensi syukur, yaitu hati, lisan dan jawarib (anggota badan). Keutamaan syukur Allah SWT memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk bersyukur kepadanya.

F.     Muraqabah, 
berakar dari kata raqabah yang berarti menjaga mengawal, menanti dan mengamati.
Muhasabah akan memberikan manfaat bagi seorang muslim . antra lain:
  1. Untuk mengetahui kelemahan diri supaya dia dapat memperbaikinya. Karena orang yang tidak mengetahui kelemahan dirinya sendiri tidak akan dapat memperbaikinya.
  2. Untuk mengetahui hak Allah SWT. Karena orang yang tidak mengetahui hak Allah ibadahnya tidak dapat bermanfaat banyak bagi dirinya.
  3. Untuk mengurangi  beban hisab esok hari. Karena orang yang sudah dihisab hari ini akan aman dari hisab esok hari.
Tobat , berakar dari kata taba yang berarti kembali yaitu kembali kejalan Allah SWT. Yang benar dari apa yang telah di perbuatnya sebelum bertobat seperti dosa besar atu dosa kecil.
Tidak ada istilah terlambat untuk bertobat,Allah SWT maha menerima tobat. Betapapun besarnya dosa seseorang manusia, apabila dia bertobat, Allah pasti mengampuninya.Lima dimensi tobat, 1. Menyadari kesalahan 2. Menyesali kesalahan 3. Memohon ampun kepda Allah SWT 4. Berjanji tidak akan mengulanginya 5. Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal saleh 


BAB III. AKHLAQ  TERHADAP RASULLULAH SAW 

A.    Mencintai dan Memuliakan Rasul, 
 setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah SWT tentulah harus beriman bahwa Muhammad saw adalah Nabi dan Rasulullah yang terakhir, penutup sekali nabi dan rasul; tidak ada lagi nabi, apalagi rasul sesudah beliau (QS. Al-Ahzab 33:40).
B.     Mengikuti dan Menaati Rasul,
Mengikuti Rasullulah saw (ittiba’ ar-Rasul)  adalah salah satu bukti kecintaan seseorang hambah terhadap Allah SWT.
C.    Mengucapkan Shalawat dan Salam, 
Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk mengucapkan shalawat dan salam bagi Nabi Muhammad saw.
Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawat lah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya,”(QS. AL-Azab 33:56)
Waktu dan teks shalawat dan salam, selain membacanya dalam ibadah shalat, kita di anjurkan sebanayak mungkin mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw dalam berbagai kesempatan, terutama sekali tatkala mendengar nama beliau disebut, baik dalam pidato, ceramah, seminar, diskusi maupun dalam pembicaraan sehari-hari.


BAB IV. AKHLAQ PRIBADIA.  

                    Shidiq, SHIDIQ (ash-sidqu) artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong (al-kazib). Seorang muslim di tuntut untuk selalu berada di dalam keadaan keadaan benar lahir batin; benar hati (shidq al-qalb), benar perkataan (shidq al-hadits) dan benar perbuatan (shidq al-‘amal).“Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Seorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur (shiddiq). Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong (kadzdzab),” (HR. Bukhari).
Bentuk-bentuk shidiq,
  1. Benar perkataan (shidq al-hadist) 
  2. Benar pergaulan (shidq al-mu’amalah) 
  3. Benar kemauan (shidq al-‘azam) 
  4. Benar janji (shidq al-wa’ad) 
  5.  Benar kenyataan (sidq al-hal).
Bentuk-bentuk kebohongan, sifat bohong adalah sifat yang sangat tercela. Khianat, ingkar janji, kesaksian palsu, fitnah, gunjing.

B.     Amanah
artinya dipercaya, seakar dengan kata iman. Bentuk-bentuk amanah, 1. Memelihara titipan dan mengembalikannya seperti semula 2. Menjaga rahasia 3. Tidak menyalahgunakan jabatan 4. Menunaikan kewajiban dengan baik 5. Memelihara semua nikmat yang diberikan Allah.
Khianat, lawan dari amanah adalah khianat, sebuah sifat yang sangat tercela. Oleh sebab itu, Allah melarang orang-orang yang beriman menghianati Allah, Rasul dan amanah mereka sendiri. Firman-Nya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul dan juga janganlah kamu menghianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui,”(Qs. Al-Anfal 8:27)

C.    Istiqamah, 
Secara etimologis,istiqamah brasal dari kata istaqamah-yastaqimu, yang berarti tegak lurus yang artinya sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. Ujian keimanan, di dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa setiap orang  firman-Nya:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: “kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?,”(QS.al-‘Ankabut 29: 4)

D.    Iffah, Secara etimologis, ‘iffah adalah bentuk masdar dari affa-ya’iffu-‘iffah yang berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik.

E.     Mujahadah, istilah mujahadah berasal dari kata jahadah-yujahidu-mujahadah-jihad yang berarti mencurahkan segala kemampuan (badzlu al-wus’i).

F.     Syaja’ah, syaja’ah artinya berarti, tetapi bukan berani dalam arti siapa menantang siapa saja tanpa memedulikan apakah dia berada di pihak yang benar atau salah, dan bukan pila berani memperturutkan hawa nafsu. Sumber keberanian 1. Rasa takut kepada Allah SWT 2. Lebih mencintai akhirat dari pada dunia 3. Tidak takut mati 4. Tidak ada ragu-ragu 5. Tidak menomor satukan kekuatan meteri 6. Tawakal dan yakin akan penolongan Allah 7. Hasil pendidikan .

 G.    Tawadhu’, artinya rendah hati, lawan dari sombong atau takabur rendah hati tidak sama dengan rendah diri, karena rendah diri berarti kehilangan kepercayaan diri. Sikap tawadhu’ terhadap sesama manusia adalah sifat mulia yang lahir dari kesadaran akan kemah kuasaan Allah SWT. Keutamaan  tawadhu’tidak akan membuat derajat seseorang menjadi rendah, ,alah dia akan dihormati dan dihargai.  Takabur atau sombong, sikap yang menganggap diri lebih dan meremehkan orang lain. Kenapa harus takabur? Sifat sombong adalah sifat warisan iblis yang menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam as.

H.    Malu, (al-haya) adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan kengganan melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik.
“kekejian itu selalu membuat segala sesuatu menjadi jelek, sebaliknya malu itu selalu membuat segala sesuatu menjadi bagus,”(HR.Tirmidzi). malu dan iman akan selalu hadir bersama-sama.

I.       Sabar, secara etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan menggekang (al-habs wa al-kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak di sukai karena mengharap ridha Allah.
Macam-macam sabar 1. Sabar menerima cobaan hidup 2.sabar dari keinginan hawa nafsu 3. Sabar dalam ta’at kepada Allah SWT  4. Sabar dalam berdakwah 5. Sabar dalam perang 6.sabar dalam pergaulan 

J.      Pemaaf, adalah sikap suka memberi maaf terhadap terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Dalam bahasa arab sifat pemaaf tersebut disebut dengan al-‘afwu  yang secara etimologis berarti kelebihan atau yang berlebih, sebagaimana terhadap dalam : ”Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakan lah:”yang berlebih dari keperluan “(QS. Al-Bqarah 2:219)
Lapang dada, tindakan memberi  maaf sebaiknya diikuti dengan tindakan berlapang dada. Dendam lawan dari sifat pemaaf adalah dendam,yaitu menahan rasa permusuhan di dalam hati dan menunggu kesempatan untuk membalas. Sifat pendendam tidak hanya merusak pergaulan di masyarakat tetapi juga merugikan dirisendiri.

BAB V. AKHLAQ  DALAM  KELUARGA

A. Birru Walidain, istilah birrul walidin berasal langsung dari Nabi Muhammad saw. Kedudukan birrul walidain, menempati kedudukan yang istimewa dalam ajaran islam. Bentuk-bentuk birrul walidain, mengikuti  keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh maupun masalah lainya. Menghormati dan memuliakan kedua orang tua dengan penuh rasa terimakasih dan kasih sayang atas jasa-jasa orang tua yang takpernah akan terbalas jasa-jasanya, membantu ibuk bapak secara fisik dan materiel.dan setelah orang tua kita meniggal dunia masih bisa di teruskan denggan cara lain. Menyelenggarakan jenazanya dengan sebaik-baiknya, melunasi hutang-hutangnya, melaksanakan wasiatnya, meneruskan silaturahim yang di binanya semasih hidup memulikan shabat-sahabatnya dan mendoakannya.

B.     Hak, Kewajiban dan Kasih Sayang Suami Istri, salah satu tujuan perkawianan dalam islam adalah untuk mencari ketentraman atau sakinah. Hak-hak bersama suami istri.1 salah satu hikmah perkawinan adalah sepasang suami istri berhubungan seksual yang halal bahkan berpahala 2. Hubungan saling mewarisi terjadi karena dua sebab: pertama, karena hubungan darah kedua, karena hubungan perkawianan 3. Anak yang di lahirkan dalam perkawinan adalah anak milik berdua walaupun secara islam dinisbahkan kepada bapaknya. Kewajiban suami terhadap istri, membayar mahar, memberi nafkah, menggauli istri dengan sebaik-baiknya (ihsan al-‘asyarah), dan membimbing dan membina keagamaan istri. Kewajiban istri terhadap suami, seorang istri wajib patuh kepada suaminya selama tidak di bawah lembah kemaksiatan, menerima pemberian suami, lahir dan batin dengan rasa puas dan berterima kasih, serta tidak menuntut apapun.

C.    Kasih Sayang dan Tanggug Jawab Oranngtua Terhadap Anak , anak adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan orangtua kepada Allah SWT. Yang dapat dibesarkan, dipelihara, dirawat dan dididik sebaik-baiknya. Anak adalah harta yang paling berharga, empat tipologi anak. Anak adalah penghias hidup dunia, anak sebagai musuh, anak sebagai cahaya mata. Contoh pendidikan yang seimbang untuk anak, pendidikan aqidah, ibadah, dakwah, akhlaq.

D.    Silaturrahim dengan Karib Kerabat, istilahnya (shillatu ar-rahimi) terdiri dari dua kata: shillah (hubungan,sambungan) dan rahim (peranakan). Bentuk-bentuk silaturahim, berbuat baik,membagi sebagian hartanya, memelihara dan meningkatkan kasih sayangnya. Beliau bersapda: “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabad,anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu(sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik,”(QS. An-Nisa 4: 8). Manfaat silaturahim berguna di dunia maupun diakhirat , insyaAllah masuk surga dan jauh dari neraka lapang rezeki dan panjang umur.


 BAB VI. AKHLAQ BERMASYARAKAT

A.    Bertamu dan Menerima Tamu, dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak lepas dari bertamu dan menerima tamu. Sebelum memasuki rumah orang hendak yang bertamu terlebih dahulu meminta izin kepada pemilik rumah, jangan bertamu sembarang waktu, jangan terlalu lama dan merepotkan tuan rumah, jgan membuat tuan rumah terganggu, kalu di suguhi makanan hormatilah bahkan yang puasa pun harus di batalkan, hendak pamit dahulu sebelum pulang.

B.     Hubungan Baik dengan Tetangga, sesudah sodara sendiri orang yang paling dekat dengan kita ialah tetangga. Pentingnya hubungan baik dengan tetangga tidak menggngu atau menyusahkan mereka saling mengerti dengan keadaan .

C.    Hubungan Baik dengan Masyarakat, selain dengan tamu dan tetangga, seorang muslim harus berhubungan baik dengan masyarakat yang lebih luas, baik di lingkungan apapun. Kewajiban sosial seorang muslim, menjawab salam, mengunjungi orang sakit, mengiring jenaza, menghadiri undangan, mendo’akan orang bersin

D.    Pergaulan Muda-mudi,  dalam pergaulan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, terutama antar muda-mudi, ada beberapahal yang perlu mendapatkan perhatian mengucap dan berjabatan tanggan dan khalawah bila bertemu saling menyapa.

E.     Ukhuwah Islamiyah, sebuah istilah yang menunjukan  persaudaraan sesama muslim di seluruh dunia tanpa melihat perbedaan warna kulit, bahasa baku, bangsa dan kewarganegaraan selalu saling mengenal dan saling memahami kelebihan dan kekurangan,



    BAB VII. AKHLAQ BERNEGARA


A.    Musyawarah, secara etimologis musyawarah musyawarah berasal dari kata syawara yang pada mulannya bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah, pentingnya guna menciptakan peraturan di dalam masyarakat mana pun, beberapa sikap musyawarah yaitu lemah lembut, pemaaf, dan memohon ampun kepada Allah SWT.


B.     Menegakkan Keadilan, dalam artian sama dan seimbang, tidak boleh tidak seimbang, dalam menetapkan keadilan di butuhkan kejujuran.


C.    Amar Ma’ruf Nahi Munkar, ma’ruf secara etimologis berarti yang di kenal, sebaliknya munkar adalah sesuatu yang tidak di kenal,agama dan akal sehat dan hatinurani. Nahi mungkar lebih berat karena beresiko tinggi, apalagi bila di lakukan terhadap penguasa yang zalim. Beliau bersafda: “jihad yang paling utama ialah menyampaikan al-haq terhadap penguasa yang zalim,”(HR. Abu Dawud, Tirmizi dan Ibn Majah).

D.    Hubungan Pemimpin dan yang Dipimpin, sekalipun dalam struktur bernegara dan juga pada level di bawahnya ada hierarki kepemimpinan yang mengharuskan umat atau rakyat patuh pada pimpinanya, tetapi dalam hubungan sehari-hari hubungan antara pemimpin dan yang di pimpin. Kaum muslim yang berada di sekitar beliau waktu itu di panggil dengan sebutan sahabat-sahabat, sekalipun ada kewajiban untuk patuh secara mutlak kepada beliau sebagai seorang Nabi dan Rasul, harus mempunyai hubungan hati yang penuh kasih sayang.

melita

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar